Angka di atas bukan nomor buntut togel atau nomor penerbangan tapi jumlah kilometer yang harus ditempuh untuk mencapai the-one-stop-hidden-paradise-in-pangandaran dari Jakarta. Nama tempat itu adalah Batu Karas. Batu Karas adalah nama sebuah pantai di pesisir selatan Jawa Barat. Masih bertetangga dengan pantai Pangandaran dengan jarak 1 jam perjalanan dan merupakan satu tempat unggulan untuk kegiatan surfing.

Ini kedua kalinya saya kesana dan pertama kalinya pergi dengan menggunakan angkutan umum. 'Cuma' tiga kali ganti kendaraan dari Jakarta. Dari kendaraan yang besar dan bisa memuat banyak penumpang, sampai kendaraan yang hanya bisa memuat satu penumpang saja. Dari pemandangan gedung dan bangunan-bangunan tinggi lainnya sampai pemandangan lansekap alam mulai dari gunung, sungai, hingga pantai. It was so terrifically complete so that I called it one stop hidden paradise :)

Saya pergi bertiga dengan kawan dan perjalanan dimulai dari terminal Kampung Rambutan. Kita harus pergi ke bagian terminal luar kota yang menampung bis AKAP. Hati-hati dengan calo. Biasanya mereka langsung mendekati kita dan bertanya kemana tujuan kita bahkan tanpa segan menarik tas kita untuk sengaja membawakan. Ketika itu saya pergi dengan menggunakan ransel besar ala backpacker sehingga sangat menarik perhatian bahwa saya - pastinya - memang akan pergi keluar kota. Tolak saja penawaran para calo tersebut atau tidak usah merespon pertanyaan mereka. Jalan aja terus, ntar calonya juga jadi males sendiri kok. Di pintu masuk, kita akan dikenakan retribusi karena akan memasuki bagian terminal luar kota. Biayanya Rp. 500 per orang. Di dalam terminal akan banyak pedagang makanan dan minuman, bisa mampir sebentar buat makan atau beli perbekalan selama di jalan.

Untuk menuju Batu Karas, kita bisa menempuh 2 rute perjalanan. Bisa melalui Tasikmalaya atau Banjarsari. Menuju Tasikmalaya butuh waktu sekitar 5-6 jam. Merek busnya Budiman dengan biaya Rp. 50.000. Sementara itu menuju Banjarsari butuh waktu sekitar 7-8 jam biayanya Rp. 55.000. Banjarsari memang lebih jauh daripada Tasikmalaya ditambah lagi dengan faktor busnya yang sering berhenti jadi makan waktu lebih lama.

Berhubung perjalanan yang ditempuh akan cukup lama, disarankan untuk memilih bus yang ber-AC dan ada toiletnya. TV ga penting-penting amat lah karena toh nanti di jalan juga tidur. Kebanyakan bus AKAP memang berangkat malam hari sekitar pukul 22.00 - 23.00. Jadi, siapkan diri memang untuk istirahat selama perjalanan. Bawa jaket, air, makanan kecil dan jangan lupa jaga barang-barang pribadi. Pagi hari atau mungkin subuh, biasanya kita akan sudah sampai di terminal kota tujuan. Mungkin bisa di Tasikmalaya atau Banjarsari. Kalau lapar, bisa nyarap dulu cari makan di dalam terminal. Dan sekali lagi, hati-hati dengan calo.

Terminal Tasikmalaya boleh dibilang lebih modern daripada terminal yang ada di Banjarsari. Ada 2 koridor besar yang memisahkan tempat mangkal bus AKAP dan AKDP. Tempatnya juga lebih bersih dan tidak ada pedagang asongan. Di Banjarsari memang lebih tradisional, tapi jangan dibayangin tempatnya masih tanah lapang becek juga..hehehe.. Terminal Banjarsari memiliki beberapa koridor bernomor (biasanya 1-8) dengan keterangan tujuan masing-masing bus. Kalo yang suka naik bus dari terminal Blok M pasti paham dengan pemisahan sistem koridor seperti ini. Koridor pertama busnya nomor sekian sampai sekian dengan tujuan masing-masing dan seterusnya.

Jangan kaget dengan pedagang asongan yang lumayan agresif ketika sudah berada di terminal di daerah Jawa Barat. Ketika sebuah bis datang, mereka bisa langsung serentak menyerbu masuk ke bus untuk menawarkan dagangan. Awalnya lumayan kaget karena di Jakarta pun pedagan asongan tidak seagresif itu. Tapi ya dinikmati saja, it's part of the journey though. ;)

Perjalanan dilanjutkan dengan naik bus 3/4 tujuan Cijulang. Biayanya Rp 20.000 dari Banjarsari. Kalau dari Tasikmalaya Rp. 30.000. Dari sini, perjalanan akan mulai menantang karena waktu perjalanan yang lumayan lama dan medannya wuihh...mantap gan!! Estimasi waktu perjalanan 3 jam dari Banjarsari atau 4 jam dari Tasikmalaya. Selain itu sepanjang perjalanan bisa dibilang gak mulus jalannya kadang rasanya seperti naik roller coaster bahkan kadang bisa terlompat-lompat dari kursi. Hehe.. Soal pemandangan jangan takut! Sepanjang perjalanan kita akan melewati kota yang lumayan old skool, kampung yang rumah penduduknya mepet jalan, sawah, bukit atau bahkan pinggir tebing. Bus akan berhenti di setiap terminal selama 10 menitan untuk menunggu penumpang. Jadi kalo tiba-tiba di tengah perjalanan lapar, tinggal tunggu bus berhenti di terminal berikutnya dan kita bisa makan di terminal tersebut. Bisa minta tungguin juga loh!

Kalau kita pergi dari Jakarta sekitar pukul 22.00 atau 23.00, kemungkinan akan sampai di Cijulang pukul 10.00 atau 11.00 siang keesokan harinya. Setara dengan perjalanan darat dari Jakarta ke Semarang pas mudik lebaran. Lama memang, tapi setelah sekali pergi ke Batu Karas perjalanan yang lama itu pasti ingin kembali dilakukan untuk bisa ke Batu Karas lagi.

Dari terminal Cijulang, perjalanan bisa dilanjutkan dengan naik ojek. Perjalanan cuma 10 menit dengan biaya Rp. 10.000. Tidak ada angkot yang menuju Batu Karas sehingga mau tak mau harus pakai ojek. 10 menit yang mahal... T,T Jangan lupa juga untuk bayar pungutan Rp 1000 di ujung jembatan ke penduduk setempat.

Ada satu hal yang menarik ketika naik ojek menuju Batu Karas. Kita akan melewati jembatan gantung yang melintang di atas sungai Cijulang. Jembatan tersebut sangat sederhana dan dibatasi maksimal 2 motor yang boleh melintas di waktu yang bersamaan. Konon dulu jembatan tersebut pernah putus karena ada 5 motor sekaligus yang lewat sehingga diterapkan aturan tersebut. Its view was so amazing and it's jut beginning. Sepanjang sungai adalah pohon bakau yang bermuara ke Samudera Hindia, bukan Laut Hindia lho...kita sudah di pantai selatan pulau Jawa.

Berhubung Batu Karas adalah daerah wisata, sebelum masuk kita akan ditagih biaya retribusi sebesar Rp. 4000. Kata tukang ojeknya sih biasanya tidak dimintai retribusi, namun karena kita membawa tas ransel yang lumayan besar jadi langsung dikenali sebagai turis. Mana yang benar gak tau juga sih... Tapi ya bayar aja deh daripada ribut.

Batu Karas memiliki beberapa penginapan yang sangat terjangkau. Rate per malam sekitar Rp. 75.000-Rp. 100.000. Tepat di depan penginapan adalah pantai dan kita bisa langsung berenang ataupun sewa papan bagi yang ingin surfing. Kalau mau explore ke tempat lain, coba tanya-tanya lagi penduduk lokal dan siapa tau mereka mau mengantarkan. Batu Karas punya tempat-tempat indah yang tersembunyi dan cuma bisa diketahui dengan bertanya ke penduduk lokal. Soal makan, bisa coba mampir ke warung kang ayi atau coba beli ikan langsung ke nelayan dan bakar sendiri. Anything you want lah.

So I'll see you at Batu Karas okay? Natures call you!! :D

3 comments

Anonymous said... @ March 2, 2010 at 5:57 AM

numpang tanya donk mas...:D

klo sewa kendaraan / pake kendaraan pribadi, memungkinkan ga ke Baru Karas ini?! berdasarkan cerita anda yg harus melewati jembatan, tampaknya tidak bisa ya?! atau ada rute lain?!

thx...:D

ranma said... @ July 3, 2010 at 6:06 AM

Ttp bisa kok. Kalo bw kendaraan besar macem mobil hrs sedikit memutar lwt Green Canyon.

Anonymous said... @ October 22, 2014 at 10:26 AM

Bang, emg ga ada bus yg langsung ke pangandaran ya?? dr sana ada ngga ya bus yg rutenya cijulang?? hehehe thx yaa

Post a Comment