Terkadang pengalaman ngeteng tidak hanya hadir selama perjalanan. Ada juga hal menarik yang muncul ketika perjalanan itu telah sampai di tujuan. Ini ceritanya.

Saya lupa kapan persis kejadiannya. Kalau nggak salah hari Jumat siang hari dan saya baru saja belanja dengan teman saya (hints: inisialnya DN) di daerah kota. Siang itu panasnya lumayan scorching dan bikin energi cepat susut (baca: butuh asupan energi, makan!!). Sepanjang perjalanan kami kelaparan dan menyebutkan makanan yang ingin dimakan. Berhubung kenyamanan berada di dalam Trans Jakarta berbanding terbalik dengan cuaca di luar, kami jadi makin males turun di salah satu shelter yang ada di Kota sampai Blok M untuk turun dan cari makan. Kami memutuskan untuk makan di Blok M karena disana ada foodcourt di Pasaraya yang makanannya lebih beragam dan tempatnya nyaman.

Bus Trans Jakarta sudah merapat di terminal Blok M, tandanya kami harus segera turun dan lanjut cari makan. Begitu turun kami sudah melihat gedung Pasaraya yang kelihatan berdiri tinggi dan jauh sekali dari tempat kami berdiri di bus stop Trans Jakarta, padahal kami sudah sampai di Blok M. Rasanya jauh di mata dan jauh di kaki.

Kami lalu lanjut jalan kaki turun melewati tangga. Tepat setelah menuruni tangga, langkah kami terhenti. Ada warung mie aceh di situ, tempatnya benar-benar nyempil. Untuk restorannya memanfaatkan area kosong di bawah tangga yang baru saja kami turuni. Jadi di bawah tangga ada tangga lagi. Area masak & saji ada di atas, area makan ada di bawah tangga yang ada di bawah tangga. Bingung? Coba aja begini. Naik Trans Jakarta sampai Blok M. Lalu turun dan ikuti jalan. Warung tersebut tepat ada di bawah tangga yang baru saja kita turuni.

Ada perasaan aneh yang muncul ketika berada di warung tersebut karena tepat di atas kepala kita ada bus Trans Jakarta yang melintas. Suara berisik kendaraan, suara orang berbicara, bunyi clang-clang ketika peralatan masak digunakan, pengamen yang menyanyi, bau harum mie yang sedang dimasak, bau manis dari jus timun, orang lalu lalang di depan warung, dan pelayan yang membawa pesanan merupakan sedikit gambaran dari situasi di sana. Dan semua atribut tersebut membuat indera saya jadi makin ON. Rasanya tidak hanya lidah saya yang merasakan makanan. Tapi telinga, mata, hidung, dan kulit juga turut merasakan kondisi di tempat itu. It was a great experience to eat at that kind of place!

Untuk mie harganya sekitar Rp 10.000 - Rp 15.000. Ada roti cane & jala, kari juga ada, tapi saya lupa harganya berapa. Minumnya tentu saja jus timun! Dari beberapa warung mie aceh yang pernah saya coba, warung ini termasuk enak. Masih lebih enak daripada yang ada di sekitaran Depok - Jakarta Timur.

Sudah lama sekali sejak pertama kali saya pergi ke warung ini. Bagi yang ingin mencoba, mau pergi sama-sama dengan saya kesana? ;)

6 comments

danika said... @ June 7, 2009 at 9:22 PM

jadi laper lagi dah....

Unknown said... @ June 8, 2009 at 9:18 AM

pedesan mana sama yg di depok? *ga suka pedes ni*

ranma said... @ June 8, 2009 at 11:30 AM

kalo pedesnya sama aja, tapi rasanya lebih enak yang di blok m.

Unknown said... @ June 8, 2009 at 7:44 PM

bolehlah, kapan2 dicoba :D

ranma said... @ June 9, 2009 at 8:21 AM

boleeeh.. pertanyaannya: KAPAN?
:P

hanidar said... @ March 18, 2013 at 1:02 PM

rujaknya juga enak.. harganya 10rb

Post a Comment